Assalaamu'alaikum...



kucoba merangkai cerita perjalanan ruhani yang kualami

sekedar untuk kenangan, atau mungkin penambah semangat akan niatanku untuk kembali lagi ke sana..

suatu saat nanti. Insya Allah...
terbersit juga sebuah harapan,smoga catatan kecil ini bermanfaat untuk sesama, sodara seiman yang pasti punya niatan tuk memenuhi Panggilan-Nya.

Rabu, 12 September 2012

Rindu.... #1

Assalaamu'alaikum rekans.. Ketika musim haji menjelang, selalu ingin kubaca dan kubaca lagi catatan kecil ini. Sekedar pengobat rindu. Dan Semoga ada pengalaman yang bisa kubagi untuk rekans yang akan menjadi tamuNya tahun ini. Bersyukurlah bila rekans telah terpanggil tahun ini. Mengingat waitinglist yang rata-rata lebih dari 5 tahun. Biaya pun semakin meningkat. Tahun ini sudah mencapai Rp. 35 juta. Dan Allah memilihmu... Memampukanmu... Subhanallah... Dan untuk rekans yang tengah bersiap dan menunggu,, InsyaAllah banyak kesempatan untuk mendalami lagi manasik sesuai yang Rasulullah SAW contohkan. Semoga ketika saat itu tiba, bisa menjalankan rangkaian ibadahnya dengan optimal. Kesehatan yang prima. Amiin... Allah.. Kau Maha Tahu apa yang terbersit dihatiku.. Rindu.. Rindu ya Allah... Izinkan kami kembali.. dan kembali ke tanah HaramMu.. ke Masjid NabiMu...

Jadilah Unta !

Maka mengapa kamu tidak memperhatikan (berfikir dalam) bagaimana unta di ciptakan?
Maka apakah mereka tidak memperhatikan , bagaimana Unta diciptakan ?

Dari sisi yang lain Memang, barangkali kita tidak pernah memperhatikan makhluk yang satu ini. Justru yang menjadi pemeo orang Indonesia adalah : Hanya Onta dan tiang listrik saja yang tidak BATUK.
Begitulah hiburan, atau barangkali pembenaran ketika jamaah haji kembali ke Tanah Air, batuk seperti menjadi ikutan wajib, oleh-oleh wajib yang harus dibawa ke kampoeng halaman selain qurma dan air zam-zam. Yang mungkin saja harus di bagikan ke tetangga dan kerabat.
Tapi haruskah demikian ? Kita harus berani mengatakan Tidak. Kita Boleh untuk Tidak Batuk. Mari, kita lihat kekuatan itu. Dari ayat diatas : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan , bagaimana Unta diciptakan ?” Dari pemeo diatas : “Hanya Onta dan tiang listrik saja yang tidak BATUK” Kesimpulan perdana : Jadilah Unta ! Perhatikanlah : apa yang dimakan onta dan berapa macam menu makanan unta. Unta telah ditaqdirkan memiliki jenis makanan terbatas, cukup rumput saja. Sedangkan untuk manusia macam dan jumlahnya dibebaskan, tapi ada rambu yang telah disiapkan : QS Abasa 24 Maka hendaknya manusia tu memperhatikan makanannya (apa yang dimakan) Dari redaksi kalimat pendek ini “maka hendaknya “ sudah menunjukkan bahwa : manusia cenderung TIDAK memperhatikan apa yang dimakannya.

Tentu mengandung konsekuensi masing-masing . Jika kita memperhatikan makanan maka tubuh kita akan baik, bekerja normal. Jika kita TIDAK memperhatikan makanan maka tubuh kita terganggu, dalam bahasa manusia “SAKIT”. AllahuRRohim…. Dua keadaan konsequensi diatas (SEHAT n SAKIT), pun telah didesain menjadi kebaikan bagi setiap Mukmin, sebagaimana hadits Rosulullah SAW : “ ‘ajiib, sungguh menakjubkan, urusan seorang Mukmin semua berujung kebaikan. Jika di di timpa musibah, ia bersabar. Dan itu baik baginya. Jika ia diberi Nikmat, ia bersyukur, dan itu baik baginya “ Maka apapun yang menimpa kita, benar-benar menjadi ujian bagi kita. Pada kesempatan kali ini saya melalukan pengamatan, dan melakukan uji/testing pada diri saya sendiri dengan kesimpulannya seperti QS Abasa 24 diatas Maka hendaknya manusia tu memperhatikan makanannya (apa yang dimakan)
Sebagian besar jamaah yang terserang batuk adalah karena mereka memakan semua yang mereka inginkan (menurut hawa nafsu mereka : baik) Beberapa contoh makanan yang menggoda ketika kita kepayahan adalah :
-minuman dingin, bard, es

-aneka minuman kaleng yang dibagikan gratis

-aneka buah yang murah dan segar

-pendingin ruangan yang hebat

-minuman bersoda/carbonat yang dingin

-minuman yang merangsang sendawa.

Onta…tidak tertarik dengan makanan yang bermacem-macem itu, selain memang tidak ada. Begitulah cara kita menjadi Onta, memegang teguh “saran” dari Alloh SWT (QS ‘Abasa) Insya Allah .. anda akan tegar ditengah gempuran batuk kanan kiri.

Now What ? Telah kita ketahui, atau ketahuilah bahwa Flue-Batuk adalah termasuk syndrome dingin. Maka solusinya adalah memberi tenaga-chi-panas pada tubuh kita.
Hangatkanlah tubuh kita, dengan apa ?

Gerakan-olahraga.—boleh

Berjemur— boleh

Asupan yang panas— jahe madu

Bekam api di titik tertentu Accupunktur di titik tertentu

Mengoles minyak zaitoon di titik tertentu

Tentu, awal dari “now What” ini adalah istighfar dan berdo’a. ini tang paling sering dilupa. Bekal persiapan untuk menjadi Onta. Batuk ?…Itu karena imunity kita sedang turun. Pada titik tetinggi dimana virus batuk mampu mengalahkan kita. Maka kenalilah sesuatu yang mampu menaikkah immunity secara efektif. Dan menghangatkan, tubuh kita sendiri. Semakin kita kenal , maka tindakan (recovery) kita semakin efektif Insya Alloh, dengan mengamalkan QS Abasa 24 diatas Kita akan tegar digempur batuk kanan kiri depan belakang Dan tidak perlu membawa pulang bersama qurma dan Zam-zam Begitulah jika kita menginginkan nikmat sehat yang sering terlupakan itu, menyertai kita dalan perjalanan do’a itu. Tentu saja itulah kondisi ideal yang diinginkan oleh Alloh SWT, Semua hambanya berbaris, bershaf rapi, menyempurnakan rukuk dan sujudnya.

Sumber : Milis FAST ( thks to Mr. Baharudin Ramli atas ijin copasnya)

Jumat, 04 November 2011

Perjalanan Singkat Haji Nabi

Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya, dia berkata, “Saya meminta kepada Jabir bin Abdillah untuk mengabarkan tentang haji Rasulullah SAW.


Dia (Jabir) berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak berhaji selama sembilan tahun. Beliau diijinkan pada tahun kesepuluh. Pada tahun itu beliau melakukan haji. Lalu orang-orang berdatangan ke Madinah. Mereka semua ingin berhaji bersama Rasulullah SAW dan mengikuti apa yang dilakukannya.

Lalu kami keluar bersamanya sampai kami tiba di Dzul Khulaifah. Di sana, Rasulullah SAW shalat di masjid kemudian naik ke Al-Qashwa` (nama unta Nabi). Jika untanya sejajar dengan jamaah, saya bisa melihat sejauh pandangan saya kepada orang yang berada di depannya, baik yang berjalan, yang di sisi kanan, sisi kiri maupun belakangnya.

Lalu beliau bertalbiah dengan suara keras sambil meneriakkan kalimah tauhid, ” Ya Allah saya memenuhi panggilanmu, tiada sekutu bagi-Mu. Segala puji, nikmat,dan kekuasaan hanya milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Rasulullah terus bertalbiah. Ketika kami tiba di Ka’bah, beliau sedang mengusap Rukun Yamani. Lalu beliau berlari pelan tiga putaran kemudian berjalan. Kemudian berhenti di makam Nabi Ibrahi, lalu membaca “Dan jadikanlah makam Ibrahim sebagai tempat shalat.” (Al-Baqarah: 125), lalu beliau shaat dua rakaat kemudian kembali ke rukun yamani kemudian mengusapnya.

Kemudian beliau keluar melalui pintu menuju Shafa. Tatkala dekat dengan Shafa beliau membaca, “Sesugguhnya Shafa dan Marwah termasuk syiar Allah” (Al-Baqarah: 158), seraya berkata “Mulailah dengan apa yang dimulai Allah (dari Shafa kemudian ke Marwah, penerj.).” Lalu beliau mulai dari Shafa. Beliau naik ke bukit hingga beliau dapat melihat Ka’bah. Lalu beliau menghadap ke Kiblat kemudian mengesakan Allah (membaca tauhid) dan mengagungkannya (bertakbir). Lalu beliau membaca, “Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya. Ia menepati janji-Nya, menolong hambanya, dan mengalahkan musuh sendirian.”

Lalu beliau turun ke Marwah, hingga kedua kakinya terjerembab di lembah. Ketika kami naik kita beliau berjalan sampai Marwah. Di Marwah, beliau juga melakukan apa yang dilakukan di Shafa. Dan pada akhir thawaf di Marwah, beliau berkata, “Seandainya saya menghadapi urusanku yang telah saya tinggalkan, maka saya tidak akan mengendarai unta, niscaya saya akan menjadikannya umrah.”

Lalu Saraqah bin Malik bin Ju’tsam berkata, “Ya Rasulullah, apakah ini kita lakukan hanya untuk tahun ini saja, ataukah untuk selama-lamanya?” Rasulullah Rasulullah SAW menggumpal jarinya seraya berkata, “Tidak untuk tahun ini saja, tetapi untuk selama-lamanya.”

Pada waktu itu, Ali tiba dari Yaman dengan menunggang unta Rasulullah SAW. Kemudian ia menemukan Fatimah termasuk orang yang ikut berhenti. Dia berpakaian dengan baju yang dicelup dan memakai celak. Ali tidak setuju dengan semua itu. Lalu fatimah menjawab, “Bapakku memerintahkanku seperti ini.”

Lalu Nabi SAW berkata kepada Ali, “Apa yang kamu katakan ketika kamu diwajibkan melakukan haji?” Ali menjawab, “Saya mengatakan, Ya Allah saya bertahlil (beribadah) sebagaimana Rasul-Mu bertahlil.” Nabi kemudian berkata, “Sesungguhnya saya mempunyai tunggangan, maka janganlah kamu mampir/singgah.

Pada waktu itu, orang yang bersama Ali dari Yaman dan yang bersama Nabi mecapai seratus orang.

Maka semua orang berangkat dan menqashar shalat kecuali Nabi dan yang membawa tunggangan.

Ketika pada hari Tarwiyah (8 Dzul Hijjah) mereka semua menuju Mina dan mulai melaksanakan ibadah haji. Rasulullah SAW kemudian turun, lalu shalat zuhur, ashar, magrib, isya, dan subuh bersama mereka.

Kemudian istirahat sebentar sampai terbit matahari. Lalu beliau memerintahkan untuk membuat tenda dengan menancapkan tiang di Namirah (dekat Arafah, tetapi tidak termasuk daerah Arafah). Lalu Rasulullah SAW berjalan. Orang Quraisy tidak pernah ragu, hanya saja mereka pasti berhenti di Masy’ar Al-Haram (pertengahan Muzdalifah), sebagaimana yang kaum Quraisy lakukan pada zaman jahiliah. Karena itulah, Rasulullah SAW mengijinkan sampai tiba di Arafah. Pada waktu itu, beliau telah didirikan tenda di Namirah. Lalu beliau tinggal di sana. Ketika matahari condong, beliau menunggang Al-Qashwa` (unta Nabi). Kemudian beliau mendatangi lembah lalu berkhutbah kepada:

“Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram, sabagaimana keharaman harimu ini, keharaman bulan ini dan keharaman tempat ini.”

Bukankankah semua masalah Jahiliah diletakkan di bawah kakiku (dimusnahkan), darah Jahiliah juga diletakkan di sana. Darah yang pertama kali saya letakkan adalah darah Rabi’ah bin Al-Harits. Pada waktu itu, ia disusukan di Bani Sa’d, lalu ia dibunuh. Di samping itu, riba kaum Jahiliyah juga telah diletakkan di bawah kakiku. Riba pertama yang diletakkan adalah riba Abbas bin Abi Thalib. Semua ribanya telah diletakkan (dimusnahkan).

“Bertakwalah kepada Allah pada masalah yang berkaitan dengan perempuan. Karena kalian mengambil mereka dengan amanat dari Allah, engkau menghalalkan mereka, kemaluan mereka dengan kata “Allah”. Dan jangan sampai mereka membolehkan seseorang yang kamu tidak sukai mengganggu ranjangmu (selingkuh). Jika mereka melakukannya, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Dan engkau berkwajiban untuk memberikan makan dan pakian kepada mereka dengan baik.”

“Saya telah meninggalkan kepada kalian sesuatu yang tidak akan membuat kalian tersesat setelahnya jika kalian berpegang teguh padanya, yaitu kitab Allah dan pertanyaan kalian tentangku (hadits). Lalu bagaimana pendapat kalian?”

Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, engkau telah melaksanakan tugas dan memberikan nasihat.”

Lalu beliau bersabda, dengan jari telunjuk menunjuk ke langit kemudian diarahkan kepada orang-orang, “Ya Allah saksikanlah.” Beliau mengulangnya sebanyak tiga kali.

Kemudian Rasulullah SAW menunggang unta hingga tiba di persinggahan. Beliau mengarahkan untanya menuju padang pasir, lalu menaruh tali kambing di depannya dan menghadap kiblat. Beliau tinggal di situ sampai matahari tergelincir ke barat dan warna kuning serta bundarannya sirna. Setelah itu, beliau membonceng Usamah di belakangnya.

Rasulullah SAW kemudian berangkat dengan mengekang tali kekang unta sehingga kepala unta menyentuh pahanya (karena kuatnya Nabi menahan unta) dan berkata dengan mengankat tangan kanannya, “Tenang, tenang wahai saudara-saudara.” Tiap kali beliau menjumpai gunung, beliau memperlambat perjalan sampai beliu tiba di Muzdalifah. Lalu di sana beliau shalat magrib dan isya` dengan satu kali azan dan dua kali iqamah, namun beliau tidak bertasbih sama sekali.

Lalu Rasulullah SAW tidur sampai terbit fajar. Lalu beliau shalat subuh ketika beliau yakin bahwa waktu subuh telah tiba dengan sekali azan dan iqamah.

Kemudian beliau menunggang unta sampai tiba di Masy’ar Al-Haram. Lalu beliau menghadap kiblat lalu shalat fajar lantas berdoa, bertakbir, bertahlil dan membaca kalimat tahuid. Beliau berdiam di sana sampai kelihatan warna kuning di sebelah timur menandakan matahari akan terbit.

Lalu Rasulullah SAW berangkat sebelum matahari terbit dan membonceng Al-Fadhl bin Abbas di belakangnya sampai tiba di pertengahan Muhassir. Kemudian beliau berjalan sedikit dan melalui jalan tengah yang mengarah ke Jamrah Al-Kubra sampai beliau tiba di Jamrah Al-Kubra yang terletak di dekat pohon. Lalu beliau melemparnya dengan tujuh biji kerikil. Beliau membaca takbir pada tiap kerikilnya. Kerikil yang dipakai adalah kerikil yang kecil. Beliau melempar dari lembah. Kemudian beliau menuju ke tempat penyembelihan binatang kurban. Di sana beliau menyembelih 63 unta. Setelah itu beliau memberikan kepada Ali. Lalu Ali menyembelih sisanya dan menemaninya dalam pembagian. Kemudian beliau memerintahkan supaya sapi-sapi tersebut dipotong-potong dan di taruh di panci lalu dimasak. Kemudian beliau berdua (Nabi dan Ali) memakan dagingnya dan meminum kuahnya.

Kemudian Rasulullah SAW berangkat dengan menunggang unta menuju Makkah untuk tawaf ifadhah dan shalat zuhur di sana.”

Jabir berkata, “Kemudian beliau mendatangi kaum Bani Abdul Muththalib. Waktu itu, mereka sedang minum di Zam-Zam. Lalu beliau berkata, “Berhentilah wahai bani Abdul Muththalib. Seandainya bukan karena orang-orang memenangkan kalian terhadap minuman kalian maka saya niscaya saya akan pergi bersama kalian.” Lalu mereka memberikan Rasulullah SAW gayung lantas beliau minum darinya. (HR. Muslim dan Ahmad)

http://ibadahhaji.wordpress.com/category/panduan-manasik/

Tanazul

Arti kata Tanazul kurang lebih adalah : memisahkan diri dari rombongan.

Langkah ini diambil oleh beberapa rombongan jamaah haji Indonesia (mungkin kurang dari 25% dari total seluruh jamaah asal Indonesia) yang menginginkan mabid (menginap) di Mina pada hari tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah.

Mabid di Mina ini dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS juga oleh Nabi Muhammad SAW.
Lalu mengapa harus memisakan diri?
Karena memang panitia penyelenggara haji pemerintah Indonesia tidak memfasilitasi rute perjalanan ini.
Mungkin karena tidak termasuk rukun ataupun wajib haji, maka perjalanan ini ditiadakan oleh pihak penyelenggara. Mungkin juga untuk menghemat anggaran, karena konon biaya transportasi di hari ARMINA naik tajam.

Rute perjalanan tanazul ini dimulai dari maktab menuju Mina, kemudian pagi subuh kami berangkat menuju Arafah untuk bergabung dengan jamaah haji dari seluruh dunia untuk melaksanakan wukuf.
Jadi ketika sebagian besar teman kami memulai perjalanan ke Arafah, kami ke Mina.


Kami ber-11 berjalan kaki menuju Mina. Alhamdulillah, sebelum keberangkatan sudah ada bapak-bapak yg bersedia survey letak tenda di Mina. Jadi kami tidak kesulitan menemukan tenda kami.
Tenda jamaah haji Indonesia masih sangat sepi dan rapi. jadi kami bebas memilih mau tidur di mana saja :)





Kami mulai dengan mempersiapkan tempat yg nyaman dan aman. Berhubung tidak ada panitia dari Indonesia,jadi semua kami lakukan sendiri -dengan bekerjasama tentunya. Bekal kami pun alakadarnya.
Alhamdulillah, panitia membekali kami dengan nasi instan berlauk kari.
Masih segar dalam ingatan, saat kami memanaskan nasi instan tersebut dalam gayung (yg saya bawa dari tanah air). gayung yang sama juga kami gunakan untuk mengambil air zam-zam dari kran di pinggir jalan untuk kami minum bersama...
I Love u gayung :)
Smoga kau jadi saksi kelak...

Pagi subuh..
kami memulai perjalanan menuju Arafah. Barang bawaan kami sebagian besar kami titipkan pada pengurus tenda. Toh, besok kami kan ke Mina lagi.





Labaikallahummah labaik ...!!




Perjalanan ini konon sejauh 15 KM. Tak satupun dari kami yg tahu jarak dan arah pastinya. Kami hanya mengandalkan petunjuk jalan dan mengikut rombongan yg berduyun-duyun memenuhi panggilanNya.




Allahu Akbar!!

Beginilah mungkin saat kita diseru ke Padang Mahsyar.

Ribuan Muslim berjalan bersama kami. Tapi kok kami tidak bertemu dengan jamaah asal Indonesia ya?

Minggu, 24 Oktober 2010

Cadar

Dari tanah air aku sudah berniat untuk memakai cadar (penutup wajah) selama di Al Haramain (dua tanah suci). Alasanku, untuk kesehatan dan keamanan.
Kesehatan, karena banyak para pembimbing yang menyarankan memakai masker jika keluar rumah. Melindungi dari debu, asap, kotoran dan terik matahari. Pikirku, kenapa tidak sekalian saja memakai cadar?
Untuk itu aku minta tolong kepada teman yg bisa menjahit untuk dibuatkan 2 buah cadar.
Dan,pengalamanku di bandara King Abdul Azis cukup menguatkan tekadku untuk menutup wajahku.Awalnya memang agak canggung, terutama dengan rekan serombongan. Ternyata, ada teman yang kebetulan seusia denganku merasakan pengalaman yang sama-merasa dilecehkan-. Dan dia merasa akan lebih nyaman dan aman jika dia memakai cadar. Alhamdulillah, ada hikmahnya aku bawa dua..
Ada pengalaman unik ketika memakai cadar ini. Saat melintasi pertokoan di Madinah, aku dipanggil "'Aisyah.. silakan.." Padahal hari sebelumnya,ketika tidak bercadar, aku dipanggil 'Siti Rahmah'.
Pun ketika berbelanja di Makkah,perlakuan para pedagang terkesan lebih sopan ketika aku bercadar. Ada pedagang Al Quran yg bertanya; "Malaysia?" Entah karena suami yang menawar dengan bahasa Inggris, atau karena aku yang bercadar.
Pernah sekali aku terpaksa berangkat sholat Jum'at sendiri ke Masjidil Haram. Saat itupun aku merasa nyaman sekali dengan gamis hitam dan cadarku. (tapi penjagaan yang paling nyaman tetap dari Allah SWT tentunya).
Benar juga pepatah Jawa; "Ajining diri ono ing lathi, ajining sarira ono ing busana.."
Nah.. Untuk Saudariku, sangat recommended mempersiapkan cadar dari tanah air. Ada juga beberapa rekan yang membeli di sana. Bener deh.. Rasakan bedanya!

Mengenang...

Assalaamu'alaikum...

Lama sekali tak kusapa blog ini...
Hari ini, kembali kuterkenang perjalanan 2 tahun lalu yg menginspirasi tulisan ini.
Hari ini pula, banyak teman, saudara, handai taulan tengah menikmati perjalanan yang sama.
Rindunya...
Saat menatap mereka berpamitan, seakan didiku juga kan pergi bersamanya, ke RumahNya Yang Agung.
Allah... Undang kami, lagi lagi dan lagi...
Seorang teman juga meninggalkan putri yang masih TK.
"Teh, InsyaAllah mereka kuat, lebih kuat dari yang kita duga. Karena Allah yang menjaga mereka, dan doa ibu yang mengasuh mereka."
Terbayang lagi saat ku harus berpisah dengan buah hatiku...

Kamis, 28 Januari 2010

Desember, 1 2008

Hari kedua di Makkah..

Pagi kami bersiap berangkat ke Haram lagi. Kali ini kami bersama Bp. Anwar Sulaiman mengantar beberapa anggota rombongan yang belum sempurna umrahnya.
Ada seorang bapak yang salah mengenali syal orange identitas rombongan kami, jadi beliau ikut rombongan lain. Sehingga waktu beliau bertanya: "Sudah cukup putaran thawafnya?" dijawab:"Sudah." Padahal kata beliau baru 4 putaran. Untuk meneruskan sendiri mungkin beliau tidak PD,berhubung sudah sepuh.

Ada lagi pasangan suami istri. Waktu hendak sa'i, sang istri menunggu suami dan ternyata sang suami tidak menemukan sang istri. Akhirnya beliau sa'i sendiri dan hanya 4 putaran (karena kecapekan dan asam uratnya kambuh). Sang istri bahkan sama sekali tidak sa'i.

Kasus ini sangat mungkin terjadi bila terpisah dari kelompok dan kurang pemahaman dalam manasik. Dalam kasus ke-2, sebetulnya bapak tersebut bisa melanjutkan sa'i dengan kursi roda. Juga diperbolehkan istirahat sejenak waktu thawaf maupun sa'i.

Bila dalam kasus ini sang pelaku belum membatalkan ikhram (mencukur rambut dan melepas kain ikhram) maka cukup mengulang saja. Tetapi bila telah batal, maka diharuskan juga membayar dam (denda).

Hari ini bis yang biasa mengantar jamaah ke haram sudah libur,karena dipersiapkan untuk mengantar ke arafah dan sebagainya. Jadi kami harus mencari kendaraan sendiri ke Haram. Banyak kendaraan semacam angkot yang berkeliling yang bisa disewa. Tapi tarifnya menjelang haji, MasyaAllah.. Bisa melonjak 10x lipat. Alhamdulillah Pak Anwar fasih berbahasa Arab, jadi mempermudah negoisasi.

Bahasa Arab memang sangat dianjurkan dipelajari oleh calon jamaah haji. Minimal bahasa keseharian dan angka. Menyesal juga kami (aku dan suami) tidak tahu sedikitpun bahasa Al Quran ini. Awalnya kami cukup PD dengan bahasa Inggris yang paspasan. Tapi ternyata sangat sedikit orang Arab (yang kami temui) yang bisa berbahasa Inggris.

Ada kasus lucu mengenai hal ini. Saat menawar angkot sepulang dari Haram, suami menawar 5 real. Kata si sopir: " Khomsin! Khomsin!" "Ya...Ya..!" kata suami. Untunglah ada ibu-ibu asal Indonesia menegur, "Mas,khomsin itu 50 lho!" "Hah?! Kirain 5." kata suami sambil menarikku yang sudah bersiap naik. Khomsah-khomsin ?! Bingung...