Assalaamu'alaikum...



kucoba merangkai cerita perjalanan ruhani yang kualami

sekedar untuk kenangan, atau mungkin penambah semangat akan niatanku untuk kembali lagi ke sana..

suatu saat nanti. Insya Allah...
terbersit juga sebuah harapan,smoga catatan kecil ini bermanfaat untuk sesama, sodara seiman yang pasti punya niatan tuk memenuhi Panggilan-Nya.

Kamis, 28 Januari 2010

Desember, 1 2008

Hari kedua di Makkah..

Pagi kami bersiap berangkat ke Haram lagi. Kali ini kami bersama Bp. Anwar Sulaiman mengantar beberapa anggota rombongan yang belum sempurna umrahnya.
Ada seorang bapak yang salah mengenali syal orange identitas rombongan kami, jadi beliau ikut rombongan lain. Sehingga waktu beliau bertanya: "Sudah cukup putaran thawafnya?" dijawab:"Sudah." Padahal kata beliau baru 4 putaran. Untuk meneruskan sendiri mungkin beliau tidak PD,berhubung sudah sepuh.

Ada lagi pasangan suami istri. Waktu hendak sa'i, sang istri menunggu suami dan ternyata sang suami tidak menemukan sang istri. Akhirnya beliau sa'i sendiri dan hanya 4 putaran (karena kecapekan dan asam uratnya kambuh). Sang istri bahkan sama sekali tidak sa'i.

Kasus ini sangat mungkin terjadi bila terpisah dari kelompok dan kurang pemahaman dalam manasik. Dalam kasus ke-2, sebetulnya bapak tersebut bisa melanjutkan sa'i dengan kursi roda. Juga diperbolehkan istirahat sejenak waktu thawaf maupun sa'i.

Bila dalam kasus ini sang pelaku belum membatalkan ikhram (mencukur rambut dan melepas kain ikhram) maka cukup mengulang saja. Tetapi bila telah batal, maka diharuskan juga membayar dam (denda).

Hari ini bis yang biasa mengantar jamaah ke haram sudah libur,karena dipersiapkan untuk mengantar ke arafah dan sebagainya. Jadi kami harus mencari kendaraan sendiri ke Haram. Banyak kendaraan semacam angkot yang berkeliling yang bisa disewa. Tapi tarifnya menjelang haji, MasyaAllah.. Bisa melonjak 10x lipat. Alhamdulillah Pak Anwar fasih berbahasa Arab, jadi mempermudah negoisasi.

Bahasa Arab memang sangat dianjurkan dipelajari oleh calon jamaah haji. Minimal bahasa keseharian dan angka. Menyesal juga kami (aku dan suami) tidak tahu sedikitpun bahasa Al Quran ini. Awalnya kami cukup PD dengan bahasa Inggris yang paspasan. Tapi ternyata sangat sedikit orang Arab (yang kami temui) yang bisa berbahasa Inggris.

Ada kasus lucu mengenai hal ini. Saat menawar angkot sepulang dari Haram, suami menawar 5 real. Kata si sopir: " Khomsin! Khomsin!" "Ya...Ya..!" kata suami. Untunglah ada ibu-ibu asal Indonesia menegur, "Mas,khomsin itu 50 lho!" "Hah?! Kirain 5." kata suami sambil menarikku yang sudah bersiap naik. Khomsah-khomsin ?! Bingung...

2 komentar:

  1. assalamualaikum...
    salam kenal mba....
    alhamdulillah...saya sudah baca kisah haji nya...seru dan nikmat mba...
    memang selalu muncul kerinduan setiap membaca kisah2 tentang perjalan suci ini...
    smoga Allah akan memanggil kita lagi kesana ya mba...amin

    BalasHapus
  2. wa'alaikum salaam...
    Suwun Mb Ita.. sudah berkenan merespon blog ini.Jazakallah. Mohon maaf, update terhambat, krn sambil ngasuh baby..
    Kapan kesana lagi Mbak? Rindunya...

    BalasHapus