Assalaamu'alaikum...



kucoba merangkai cerita perjalanan ruhani yang kualami

sekedar untuk kenangan, atau mungkin penambah semangat akan niatanku untuk kembali lagi ke sana..

suatu saat nanti. Insya Allah...
terbersit juga sebuah harapan,smoga catatan kecil ini bermanfaat untuk sesama, sodara seiman yang pasti punya niatan tuk memenuhi Panggilan-Nya.

Rabu, 20 Januari 2010

November, 30 2008

pukul 03.00 dini hari waktu Saudi

Di bawah sana gemerlap lampu kota tampak seperti kunang-kunang dari atas pesawat. Itukah kota Makkah? pikirku. Subhanallah, air mata semakin deras. Allah,kutinggalkan buah hatiku yang teramat kucintai demi Panggilan-Mu, demi Cinta-Mu...

Menjelang pukul 04.00 pesawat mendarat. Kami harus mengantri cukup lama untuk masuk ke ruang tunggu dan kembali menjalani pemeriksaan surat-surat. Kami sholat subuh di ruang tunggu dengan kondisi ala kadarnya -dan mulai harus terbiasa sholat di mana saja-. Alhamdulillah kami telah berikhram, jadi tidak harus mengantri lagi di kamar mandi. Kondisi kamar mandi di ruang tunggu bandara saat itu Masya Allah.. banjir dan kotor. Agak ribet juga kalau harus berganti baju di situ. Jadi bapak-bapak pun akhirnya kebanyakan berganti di ruang tunggu,di tempat terbuka.

Selanjutnya kami mulai mengantri untuk pemeriksaan paspor. Nah,di sinilah aku mendapatkan pelajaran pertamaku di negri orang. Kebiasaanku yang murah senyum sepertinya ditanggapi kurang menyenangkan oleh petugas bandara. Aku memang tidak tahu bahasanya. Tapi dari caranya melihatku lalu mengobrol dengan temannya, rasanya ada yang kurang beres. Astaghfirullah, aku harus lebih hati-hati membawa diri.

Di loket pemeriksaan, kami berpapasan dengan jamaah asal Filipina. Subhanallah, begitu mirip dengan jamaah asal Indonesia. Hampir saja kami salah barisan. Untungnya mereka menempelkan bendera negaranya di jilbabnya.

Setelah mencari koper untuk diperiksa dan diangkut ke maktab,kami berjalan cukup jauh (mungkin sekitar 1 km) untuk berkumpul dengan jamaah haji asal Asia Tenggara lainnya di ruang tunggu selanjutnya. Agak bingung juga, karena tidak ada petugas bersama kami saat itu. Alhamdulillah,di sepanjang perjalanan banyak mahasiswa Indonesia yang ikut menjadi panitia penerimaan jamaah haji.
Setelah sarapan sekedarnya (kebanyakan dengan makanan yang kami dapat dari pesawat),kami diberangkatkan ke maktab dengan bis sesuai rombongan kami. dengan bis ini pula koper-koper kami diangkut. Koper diikat di atas bis. Tak sedikit koper yang terinjak atau diduduki petugas kurir saat menata di atas bis. Karena itu mungkin saja barang bawaan yang mudah pecah akan rusak. Ini yang terjadi dengan koper suamiku. Gelas melamine, tempat bumbu pecel dan lauk kering pecah. Alhamdulillah,kami membungkus masing-masing tempat dengan plastik dan lakban. Jadi pakaian dan kain ikhram tidak terkena minyak.

Perjalanan ke maktab memakan waktu sekitar 4 jam. Cuaca cukup panas. Sepanjang jalan kami semakin kompak bertalbiyah,karena semua telah berikhram. Kami pun terus saling mengingatkan akan larangan-larangan ikhram dan menghindari bercanda yang berlebihan.

Dhuhur kami tiba di maktab, di kota Aziziah nomor rumah 446. Sedikit kacau saat pembagian kamar. Para ketua regu bertanggung jawab mengambil kunci. Tapi karena dalam satu regu jumlah laki-laki dan perempuannya tak selalu sama dan kapasitas kamar yang berbeda,jadi bingung juga.
Alhamdulillah, aku dan suami mendapat kamar di lantai 4. Kamar kami bersebelahan. Rekan sekamar kami belum sempat kami kenal sebelumnya,tetapi kemudian menjadi saudara bahkan orang tua bagi kami (karena kami paling muda).
Tugas selanjutnya adalah mencari koper,kemudian bersiap untuk umrah.
Kedatangan kami sekitar 5 hari menjelang puncak ibadah haji. Jadi Masjidil Haram dalam kondisi sangat padat. Cuaca yang begitu terik juga dipertimbangkan. Cukup berat untuk para bapak,karena tidak diperbolehkan memakai tutup kepala saat ikhram.
Akhirnya dipilih waktu menjelang maghrib untuk berangkat ke Masjidil Haram. Alhamdulillah bisa istirahat sejenak sambil berbenah.

Menjelang maghrib
Bis-bis yang akan membawa kami ke Al Haram sudah datang. Jarak Al Haram dari maktab kami sekitar 10km. Tiba di Haram, Masya Allah, untuk masuk saja susah. Alhamdulillah ketua rombongan kami sudah pernah berhaji,jadi sudah punya trik bagaimana kami bisa sampai ke area thawaf. Pertama kami mencari shaf yang masih longgar untuk sholat maghrib. Berbeda dengan masjid lain, di Masjidil Haram shaf laki-laki dan perempuan kadang bercampur, walau dianjurkan dan diusahakan terpisah. Kemudian kami terus berusaha maju untuk sampai ke area thawaf. Semua berlangsung begitu cepat, bahkan ada rekan yang belum menyadari dimana kami. "Ini masjid apa?" katanya.
Dan akhirnya, Ka'bah yang agung tampak di depan mata.
Allahu Akbar... Takjub,bengong dan speechless. Bahkan menangispun aku tak kuasa.
Bismillah, kami turun ke area thawaf. Begitu padat. Formasi barisan yang semula dirancang dari tanah air tak mungkin dibentuk. Namun tetap kami usahakan wanita terutama yang sudah sepuh berada di tengah barisan. Tangan kami saling mengait. Kami harus sering tengadah untuk mendapatkan udara segar,karena jamaah Indonesia relatif kalah besar dengan jamaah negara lain. Tak sempat kubaca do'a-do'a dalam buku manasik. Aku hanya bertasbih dan memohon kekuatan serta kemudahan -selain do'a sapu jagad tentunya.
Keringat dan air mata bercucuran. "Allah,aku datang, terimalah ibadahku ya Allah.." bisikku disela-sela do'aku.
Alhamdulillah, 7 putaran selesai. Kami sholat sunnah, minum air zam-zam sambil istirahat sejenak, kemudian menuju ke area sa'i.
Jalur antara Shafa-Marwah juga cukup padat,tapi relatif santai. Karena saat sa'i kami bisa berhenti untuk beristirahat di pinggir jalur.
Sekitar jam 10.00 malam kami bertahallul menandai selesai sudah umrah wajib kami. Di Marwah, kami berkumpul untuk menunggu rekan yang belum selesai. Dan hampir tengah malam kami tiba kembali di maktab.
Subhanallah, hari yang menakjubkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar